Rabu, 01 Februari 2017




MENGENAL IBU PONITI LEBIH DEKAT

          Ibu Poniti lahir pada tanggal 9 Juli 1965. Wanita yang merupakan karyawan sekolah SD Unggulan Al-YA’LU ini, memulai karirnya di tahun 2012. Wanita yang kerjanya sehari-hari mengepel, menyapu, dan mencuci itu harus masuk pada jam 5.30 dan pulang pada jam 17.00. Ibu Poniti mengaku kalau dirinya lebih senang memilih berangkat lebih awal. “ Kalau berangkat saya suka lebih awal mumpung udaranya masih segar ”ungkapnya sambil tersenyum ketika diwawancarai. Upah Wanita yang sudah memiliki 4 cucu itu tak juga banyak. Hanya dua ratus empat ribu rupiah perminggunya. Walaupun begitu, ia tetap semangat. Semangat ya Bu Poniti!

Selasa, 31 Januari 2017



Salah satu wisata di Provinsi Jawa Tengah yang sudah terkenal hingga ke mancanegara adalah Candi Borobudur. Candi ini merupakan candi Budha terbesar di dunia. Arsitekturnya berbentuk persegi dengan luas 55.000 kubik atau dua juta potong batu andesit. Candi ini terdiri dari 10 tingkat dan memiliki 1400 relief di setiap lorongnya. Salah satu isi reliefnya adalah perjalanan Sang Budha dan isi ajaran-ajarannya.
Selain itu, Candi yang terletaknya tepat di daerah Magelang ini, didirikkan pada abad ke-9 oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Awalnya, Candi ini telah tertimbun oleh tanah vulkanik dan berbagai pepohonan serta semak belukar berabad-abad lamanya. Candi ini terlupakan pada abad 15 oleh masyarakat Indonesia.
Saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles yang saat itu menjadi jendral Britania Raya di Jawa, mendengar kabar bahwa ada penemuan benda purbakala raksasa didaerah Magelang. Sehingga munculah minat besar jendral Inggris tersebut untuk mengerahkan anak buahnya untuk menyelidiki kebenaran hal tersebut.
Karena upaya Raffles yang sangat besar, Raffles mendapat penghargaan dan perhatian dari dunia. Raffles memberi nama candi tersebut Candi Borobudur berdasarkan kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Yang berarti dalam bahasa Sansekerta, bara berarti candi atau biara dan beduhur berarti perbukitan atau tempat tinggi.
Pada tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai warisan budaya dunia atau istilah universalnya World Heritage Site oleh UNESCO setelah mendapat pemugaran selama bertahun-tahun. Sehingga Candi ini, harus dijaga terus menerus agar tetap lestari.
Cara merawat Candi yang memiliki 72 stupa ini, antara lain seperti pengamatan, renovasi, dirawat serta dilakukkan penelitian yang berkaitan tentang Candi Borobudur. Candi ini memiliki fasilitas lab khusus untuk meneliti bebatuan, curah hujan, kelembapan, dan tumbuhan yang tumbuh di atas batu candi. Untuk merawat candi ini, tak hanya tukang bersih-bersih saja. Tetapi, juga ada petugas balai konservasi yang bertugas di bidang penelitian Candi Borobudur. Sebut saja Albertus Widyo.
Pria yang memiliki tampang muda itu, bertugas memeriksa tingkat curah hujan dan kelembapan udara. Dilakukan pemeriksaan itu, bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan lumut dan cuaca yang sangat mempengaruhi pelapukan pada batuan Candi.
Ada juga, perayaan Waisak yang merupakan simbol umat Buddha di Indonesia, dirayakan setiap tahun pada bulan Mei atau Juni pada tahun kabisat. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur karena dipercaya ketika hari kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi dengan menjadi Buddha Shakyamun.
Daerah Magelang adalah satu-satunya kota di Indonesia yang dikelilingi 5 gunung sekaligus. Mulai dari gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Telomoyo, dan Marorei. Karena terletak di pegunungan, maka letak daerah ini menjadi sangat strategis. Warga di daerah ini, mayoritas bekerja sebgai pemahat batu yang berasal didekat Sungai Senoeo. Tak heran, jika masyarakat di daerah ini dijuluki sebagai pemahat batu ulung. Lebih tepatnya masyarakat yang berasal dari Dukun di daerah Magelang yang meiliki Tambang batu endesit keningan.